Rabu, 24 Maret 2021

Indoktrinasi: Demi Kepatuhan (7)

Pendidikan dan dakwah yg tdk memberikan ruang bagi kebebasan dan berkembangnya potensi seseorang yg disebabkan adanya indoktrinasi demi kepatuhan tampaknya akan menciptakan atmosfer pendidikan dan dakwah yg tak lebih “memenjarakan” seseorang dgn perintah bersikap serba patuh, beradab, manggut2, pendiam sehingga miskin ide, inisiatif dan kreativitas.

Dengan nada sinis, Andrias Harefa (2000) mengemukakan bahwa pendidikan dan dakwah kini telah dipisahkan dari soal-soal nyata sehari-hari krn lebih fokus pd konsep, petuah, dan nasihat. Ia telah berubah menjadi semacam “pendidikan militer”, ajang indoktrinasi, dan “kaderisasi” manusia-manusia muda yg harus belajar untuk “patuh” sepenuhnya kepada “sang komandan”. Tak ada ruang yg cukup utk bereksperimentasi, mengembangkan kreativitas, dan belajar menggugat kemapanan status-quo yg membelenggu dan menjajah jiwa anak-anak muda. Tak ada upaya yg dapat dianggap sebagai upaya “membangun jiwa bangsa”.

Kita saksikan saja misalnya selama mengikuti proses pendidikan dan dakwah, kendati diberikan pendidikan nilai yg berorientasi pada pembentukan adab dan kepribadian. Namun mereka cenderung diperlakukan bagaikan “tong sampah” ilmu pengetahuan yg harus menerima apa saja yg dijejalkan dan disuapkan guru tarbiyah dan taklim dgn nada marah (kasar) sekalipun.

Atas nama kepatuhan kepada guru tarbiyah dan taklim, mereka siap menerima "arahan" dan "perintah" yg disampaikan dgn nada menghujat sekalipun utk diarahkan kepada org lain sehingga semua pengikutnya yg lain ikut tidak berani menggugat atau menegurnya malah justru terkesan memberikan pembenaran dan pembelaan demi menyenangkan guru taklim dan tarbiyah.

Pendidikan dan dakwah semacam ini tampaknya sangat berbahaya bagi proses pendewasaan dan kemandirian seseorang sebagai pembelajar sejati apalagi bersandar kpd indoktrinasi kepatuhan tanpa daya kritis yg ditanamkan guru taklim dan tarbiyah. Jika seseorang sdh berani berdebat kepada org/kelompok yg berseberangan paham misalnya kendati menggunakan narasi negatif kemudian dilakukan pembenaran oleh pengikut setianya hanya karena fanatisme paham dan membela gurunya secara berlebihan maka pendidikan dan dakwah semacam ini perlu dievaluasi jika tdk ingin melahirkan generasi loss of adab.

Coppy From : Najjamudin Petta Solong Facebook

Aplikasi PC Gratis Terbaik Full Version

  Artikel ini akan membahas aplikasi terbaik untuk Windows yang gratis tapi  worth.  Kamu kudu punya aplikasi-aplikasi dibawah ini, agar kom...